Hari Ahad kemarin, kami sekeluarga mengunjungi Dunia Air Tawar yang ada di Taman Mini Indonesia Indah. Sudah agak lama sebetulnya saya ingin ke sana, penasaran dengan cerita-cerita yang pernah saya dengar bahwa Dunia Air Tawar ini menawarkan koleksi ikan air tawar yang banyak dan sangat menarik untuk dilihat.
Seperti biasa setiap akhir pekan pasti akses ke TMII begitu padat, sampe antri puluhan kendaraan di pintu masuknya. Namun, karena memang sudah diniatkan dari rumah, maka antri pun tidak masalah plus sudah menyiapkan diri dengan cemilan dan minuman di dalam kendaraan untuk menghadapi antrian panjang di TMII.
Di gerbang masuk TMII cukup menarik, petugas loket yang biasanya hanya menunggu di dalam loket untuk melakukan transaksi pembayaran tiket masuk, dalam keadaan padat seperti akhir pekan ini strategi mereka berganti menjadi menjemput bola dengan menghampiri kendaraan yang bahkan belum sampai ke loket.
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah, sebagai penjual jangan kaku, kita harus bisa improvisasi dan mengambil inisiatif sesuai kondisi di lapangan saat berjualan. Terlihat sekali bahwa yang menjadi fokus target pelayanannya adalah kecepatan dan kenyamanan calon pengunjung yang ingin masuk TMII, bukan hanya sekedar melayani pengunjung sesuai ketentuan.
Dari pintu gerbang sampai dengan tempat yang dituju, rupanya memakan waktu yang cukup lama, di dalam TMII rupanya cukup banyak acara yang diadakan di masing-masing anjungan, sepengamatan saya yang paling banyak berupa outing perusahaan dan acara kondangan. Tidak terkecuali di Dunia Air Tawar, pas sekali kemarin barengan dengan acara gathering family sebuah perusahaan, jadinya ramai sekali pengunjungnya. Padahal kalau dari cerita kolega-kolega saya, Dunia Air Tawar ini gak terlalu ramai sehingga nyaman jika kita bawa anak kecil, hehe…
Sesampainya di Dunia Air Tawar, yang dicari pertama kali adalah tempat solatnya, karena sudah masuk waktu dzuhur..
Dan yang pertama terlintas di benak saya adalah, wow… wisata sebesar Dunia Air Tawar ini tempat sholatnya kecil banget, dan di sekitarnya gak ada alternatif mesjid/mushola yang deket… kapasitasnya gak sampai 5% dari daya tampung tempat wisatanya, alhasil solatnya harus gantian, dan susah sekali untuk keluar masuk musholah nya..
capedee..!! kalo kata remaja gaul masakini… :D
Pelajaran yang bisa diambil adalah, sebagus apapun produk jualan kita, bila kita salah memperhitungkan alat/fasilitas pendukungnya, maka akan menimbulkan kekecewaan customer yang cukup mendalam.
Selesai solat, kami menuju loket penjualan tiket masuk ke gedung Dunia Air Tawar, di sana saya melihat tulisan “Tiket sudah termasuk untuk kunjungan Museum Serangga”, saya yang tadinya gak tahu ada museum serangga menjadi tertarik juga untuk berkunjung ke museum serangga karena merasa sayang kalau tidak dikunjungi, lha wong tiketnya sudah termasuk kok…
Ada lagi pelajaran yang bisa kita ambil, yaitu jualan paket, mungkin sebetulnya harga tiket masuk Dunia Air Tawar yang seharga Rp. 25.000 itu memang sudah termasuk biaya operasional museum serangga, namun dari kata-kata yang tertulis di loket, seolah-olah “dengan membayar Rp. 25.000 Anda gak hanya dapat masuk ke Dunia Air Tawar saja lho, tapi termasuk tiket masuk ke museum serangga gratis..tis..tis..”
Dengan metode ini Anda bisa mengangkat produk-produk yang slow moving di stok Anda, dibundle dengan produk yang fast moving, kenapa begitu? karena ternyata pengunjung Museum Serangga ini jauh lebih sedikit dari Dunia Air Tawar, jadi boleh lah kita bilang bahwa si Museum Serangga sebagai produk yang stoknya slow moving ini terbantu penjualannya oleh Dunia Air Tawar yang lebih dikenal orang dan menjadi tujuan wisata utamanya.
Kira-kira itulah insight penjualan yang saya dapat dari Dunia Air tawar dengan segala plus minusnya…
Adakah pembaca yang juga pernah ke Dunia Air Tawar dan ingin menambahkan insight nya? boleh lho kontak saya, silahkan berkontribusi untuk mengupdate tulisan ini. :)
PS:
beberapa tulisan seputar sales bisa juga dinikmati di blog dengan link -> https://www.ramadoni.com/category/sales/