Categories
Story Of Mine

Global Peace Volunteer Camp (bagian 4)

Ada baiknya sebelum membaca tulisan ini, terlebih dulu membaca 3 tulisan terkait sebelumnya:

Acara dilanjutkan dengan bermain drama, yang dipersembahkan oleh masing-masing kelompok peserta camp ini. Temanya pun sesuai dengan materi yang sudah diberikan sebelumnya oleh para pembicara. Kebetulan kelompok saya (a.k.a Five Minutes) mendapatkan tema interfaith, “wah sulit sekali ini temanya”,  karena memang tema ini begitu sensitif dan pada kenyataannya ini lah (perselisihan agama) yang sering memicu peperangan besar di muka bumi. Kelompok kami yang anggotanya juga tidak memiliki keyakinan yang sama cukup merasa kesulitan dalam memilih cerita yang bagaimana yang dapat menggambarkan kerukunan antarumat beragama yang membawa kedamaian karena memang sulit kita temukan pada kehidupan sebenarnya.

Akhirnya kelompok memutuskan untuk membawakan cerita mengenai seorang manusia yang sedang terhimpit masalah berat yang kemudian memutuskan pindah ke agama lain karena ia tidak menemukan pemecahan masalah hidup di dalam agama yang sebelumnya (sengaja tidak diidentifikasi agama apa yang dianut sebelum dan sesudahnya), kemudian orang tersebut ditolak oleh keluarganya karena sudah pindah ke agama lain, teman-temannya pun ikut menjauh, dan yang paling tragis adalah teman-teman di agama barunya pun ikut menjauhi karena mereka menilai si X ini tidak memiliki niat yang tulus untuk pindah agama dan pasti memiliki tujuan untuk merusak citra agamanya yang baru. Lalu si X ini akhirnya pergi jauh dari lingkungannya semula.

Tak lama kepergiannya dari tempat asalnya, ternyata si X menjadi orang yang sukses dan bergelimang harta namun sayang tiba-tiba ia mendengar tempat kelaiharannya terkena bencana alam yang dahsyat dan banyak korban berjatuhan, seketika ia teringat akan keluarga dan teman-temannya dahulu dan hebatnya ia samasekali telah lama mengubur dalam-dalam perasaan sakit hati ketika dulu ia ditolak oleh orang-orang di sekitarnya. X pun segera menuju tanah kelahirannya dengan membawa semua bala bantuan yang sanggup ia kerahkan untuk menolong orang-orang yang dahulu pernah menyakitinya ketika ia berpindah agama. Melihat hal itu orang-orang di tanah kelahirannya tersadar bahwa perlakuan mereka dulu salah, dan ternyata X benar-benar orang yang tulus dan bahkan tanpa melihat perbedaan agama ketika ia menolong orang-orang tersebut, akhirnya X kembali diterima di tanah kelahirannya, dan membawa pelajaran penting bagi orang lain yaitu perbedaan agama bukanlah pembatas bagi orang yang ingin sama-sama hidup damai dan saling bantu dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Berikut foto-foto ketika drama tersebut dimainkan (goodluck)

setelah penampilan semua kelompok selesai, dilanjutkan dengan “drawing your life”. Kegiatan ini meminta kita untuk menggambarkan perjalanan kita dari kita masih kecil hingga dewasa sekarang, gambarannya berupa grafik XY yang naik ketika kita anggap hidup kita dalam keadaan baik dan grafiknya turun ketika keadaan kita pada saat itu sedang tidak baik. setelah membuat grafik tersebut, secara acak peserta dibagi kedalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2-3 orang dan masing-masing diminta salingmenceritakan kisah hidupnya tersebut dan yang lainnya mendengarkan dengan baik.

Dari kegiatan ini saya mengambil kesimpulan bahwa, ketika kita berpikir nasib kita begitu buruk ternyata ada juga nasib orang lain yang bahkan lebih buruk dan hebatnya orang tersebut masih bisa survive hingga sekarang, sehingga memotivasi saya untuk bisa berbuat lebih banyak serta lebih giat dan membuat saya merasa tidak pantas untuk mengeluhkan nasib saya sendiri, karena ada orang lain yang juga mampu melewati nasib kelamnya dulu dengan baik hingga sekarang. Selain itu kami masing-masing peserta jadi mengenal lebih dekat dan terkadang ikut merasakan apa yang dirasakan oleh teman kita tersebut, dan bahkan air mata tiba-tiba menetes tanpa disadari. inilah nikmatnya berbagi, karena begitu banyak hal positif yang dapat kita ambil bahkan dari sebuah cerita negatif sekalipun.

Acara “curhat” ini berakhir cukup larut malam dan dilanjutkan dengan istirahat malam supaya keesokan harinya dapat melakukan aktifitas yang tidak kalah seru dan inspiratif dari hari pertama ini.

Keesokan harinya kegiatan diawali oleh olahraga pagi yang sarat makna, yaitu permainan Unite Ball yang cara bermainnya sangat sederhana. Peserta terbagi kedalam 4 kelompok yang teridiri dari 5-6 orang dan kali ini panitia acara pun ikut bergabung ke dalam permainan ini. tujuan utama permainan bola ini adalah, bahwa bola tidak boleh jatuh ke tanah hingga mencapai 50 kali operan antara sesama anggota kelompok. Permainan ini memiliki beberapa level, level pertama boleh menggunakan kedua tangan dan pemain pun boleh berpindah tempat, sedangkan level kedua mulai menggunakan satu tangan namun pemainnya masih boleh berpindah tempat, kemudian level tiga boleh menggunakan 2 tangan hanya saja pemainnya tidak boleh berpindah tempat, di level 4 hanya boleh menggunakan 1 tangan dan pemain tidak boleh berpindah tempat. nah level lima ini yang paling sulit (karena hanya kelompok kami yang bisa sampai level ini) yaitu harus menggunakan satu tangan yang dikepal dan pemain tidak boleh berpindah tempat, namun akhirnya kelompok kami bisa lulus di level 5 ini namun sayangnya waktu permainan telah habis dan kami tidak sempat bermain di level 6. berikut dokumentasinya:

Nah, akhirnya kita sampai di kegiatan terakhir yang merupakan kegiatan kunci dari acara GPV camp ini, karena inilah kegiatan yang paling konkrit dan sangat melatih kepekaan dan mental kita dalam memberikan bantuan ke orang lain, yang bahkan belum kita kenal sebelumnya. Acara ini disebut Service Project yaitu kegiatan dimana kami para peserta yang sebelumnya sudah dibagi-bagi dalam kelompok kemudian disebar ke beberapa titik di luar tempat kami menginap untuk melakukan sebuah tugas yang sangat sederhana tapi sarat makna, yaitu membantu apapun yang dapat kita bantu di masyarakat yang ada di wilayah tersebut.

Kelompok saya mendapatkan daerah yang tidak ada rumah penduduknya, karena merupakan lokasi dagang (persis di pinggir jalan menuju Puncak), tempat yang pertama kita datangi dan tawarkan bantuan adalah sebuah tempat makan, dan kami ditolak mentah-mentah…hahaha… mungkin caranya kita kali ya yang kurang oke, akhirnya kesempatan kedua kita udah lebih pintar dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan menceritakan tentang project yang sedang kita lakukan dan tujuannya apa, baru deh warung makan yang kedua mau menerima kami dengan senang hati.

Kami membantu, mulai dari menyapu, goreng kentang, mengupas jengkol, hingga menghaluskan cabe menggunakan cobek/ulekan , untuk saya sendiri ini bukan pengalaman yang pertama untuk mengikuti program seperti ini, sebelumnya saya juga pernah mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diselenggarakan ketika saya masih kuliah waktu itu. Oke kita kembali ke topik, dalam kegiatan ini beberapa yang bisa saya ambil pelajarannya adalah

  1. ketika kita berniat baik, bila caranya salah maka niat baik itu akan sulit terwujud
  2. Komunikasi awalan yang baik merupakan kunci kesuksesan program yang akan dijalankan
  3. kebutuhan berbagi cerita ternyata jarang terpenuhi dan bila terpenuhi merupakan hal yang luar biasa hebat untuk membina trust selanjutnya
  4. membantu bukan lah hal yang sulit ketika kita sudah terbiasa melakukannya, namun memang mengawalinya yang agak berat

setelah service project ini selesai, kira2 sekitar 2jam lebih, masing-masing kelompok kembali ke penginapan dan mempersiapkan presentasi yang dibawakan dalam Bahasa Inggris mengenai apa yang mereka dapat di kegiatan hari ini dan apa yang akan mereka lakukan setelah selesai mengikuti pelatihan camp ini, dan selanjutnya kami para alumni GPV camp pertama memiliki proyek besar yang nantinya akan mengajak orang sebanyak mungkin yang kami bisa ajak untuk turut megerjakan proyek sosial ini, mau tau proyek sosial seperti apa?? nantikan gebrakan kami para Pemuda Indonesia… (rock)

6 replies on “Global Peace Volunteer Camp (bagian 4)”

kak doniiiii,, kayaknyaseru deh GPV camp nyaaa..
aku mau ikut dong kalo ada lagiiii..

kapan yaa kira kiraaa??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *