Categories
Opini

Siapa, Apa, Kapan, dan Bagaimana itu Cinta?? (part 2, ending)

Assalamu’alaikum Warohmatulohi Wabarokatuh

Segala Puji hanya milik Allah SWT, karena hanya dengan Izin-Nya lah kita masih bisa mengakses dunia maya ini tanpa penghambat yang berarti

Shalawat serta salam hendaknya senantiasa kita curahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW…

Seperti yang gw janjikan di postingan sebelumnya, bahwa pada postingan ini gw akan membahas mengenai cinta dalam konteks Islam yaitu kecintaan kita terhadap Allah SWT dan Rosul-Nya yaitu Muhammad SAW bin Abdullah.

Pertama perlu gw beritahukan bahwa tulisan yang gw bikin ini bukan hasil dari studi literature yang biasanya khusus gw lakukan ketika akan membuat sebuah tulisan yang cukup “berat” isinya, namun tulisan ini berdasarkan dari pengalaman-pengalaman yang gw alamin sendiri atau boleh dikatakan berdasarkan pengalaman ruhaniah yang selama ini gw rasakan, namun Insya Allah tidak mengurangi ke-“berat”-an isinya. Kalo pas bikin tulisan yang kemaren gw ditemenin sama lagu-lagunya dewa, kali ini gw ditemenin sama rocker yang punya karya-karya brilian di belantika musik Islam Indonesia, yup… siapa lagi kalo bukan kang Opick yang menemani gw kali ini dengan lirik-lirik islaminya yang gak kalah powerfull-nya sama lirik-lirik cinta di lagunya Dewa.

Bila kita ngomongin masalah cinta, gak akan jauh-jauh dari yang namanya rindu, saat udah jatuh cinta terhadap seseorang atau suatu benda bisa dipastikan semenit aja kita berpisah maka rasanya udah kayak seminggu gak ketemu dan pertemuan berikutnya pasti akan sangat ditunggu-tunggu. Nah kira-kira kayak begitu itu kalo kita udah cinta sama Allah, Adzan itu bagaikan senandung yang dinyanyikan sang kekasih dan tanpa berpikir panjang langkah kaki kita akan segera menghampiri sumber suara tersebut, berharap akan berinteraksi lagi dengan-Nya lewat ibadah solat.

Ketika solat pun, gak berasa tiba-tiba kita sudah harus mengakhiri solat tersebut dengan dua kali salam sambil nengok ke kiri dan ke kanan, ups kebalik, ke kanan dulu baru ke kiri nengoknya… =p. Belum ada satu menit kita mengakhiri solat, rasanya ingin sekali lagi mendengar suara adzan yang merdu dan kembali menunaikan solat dan berinteraksi lagi dengan mesranya dengan Sang Ilahi lewat doa-doa yang terucap di tiap bagian solat yang kita kerjakan. Begitu terus dan berulang, tiada bosannya kita menanti dan berharap hingga akhir hayat semoga dapat bertemu dengan Kuasa-Nya dan meraih Cinta-Nya, semua karena kita sudah mencintai-Nya dengan segenap jiwa raga dan tanpa ada sedikitpun keraguan akan kebenaran-Nya.

Lihat saja bagaimana para nabi dapat melakukan hal-hal di luar batas kemampuan manusia, baik kemampuan fisik maupun kemampuan jiwa manusia. Fenomena-fenomena tersebut hanya dapat terjadi karena kadar kecintaan para nabi kepada Allah udah sedemikian hebat, jadinya Allah-pun mencintai mereka dengan segala Kekuasan-Nya as The Only One Creator of this entire world and universe. Oleh karena itu kalo kita mau jadi orang yang sukses dunia-akhirat, gak ada jalan lain selain mencurahkan semua cinta kita hanya untuk-Nya dan bukan yang lain. Kalaupun kita mencintai lawan jenis, cinta itu semata hanya untuk menyempurnakan cinta kita kepada-Nya dengan menjalankan sunah Rasul lewat sebuah pernikahan (ciee… belagu bener dah gw… =p).

Satu lagi yang kemaren lupa gw tuliskan di jenis-jenis cinta menurut prioritas, yaitu cinta kepada Nabi dan RasulNya, tapi gak apa-apa juga sih soalnya kalo kita udah mencintai Allah otomatis kita juga akan cinta kepada Rasul-Nya,(loh kok pake otomatis segala, kayak motor matic aja??) maksudnya, kayak kalo kita lagi kasmaran sama lawan jenis pasti apapun yang doi senengin pasti akan kita senengin juga dengan harapan si doi akhirnya seneng juga sama kita (Ngarep mode=ON, =p).

Selain “rindu”, dalam percintaan juga banyak kita temui kata-kata “berkorban”. Namun bedanya dengan cinta terhadap lawan jenis, dalam cinta kepada Allah tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Malahan kita bisa mendapatkan surplus atau profit dari pengorbanan yang kita lakukan di jalan-Nya, tapi tentu ada syaratnya. Tenang aja syaratnya gak susah kayak kalo kita pergi ke dukun (naudzubilahiminzalik..), cukup dengan Ikhlas yang menjadi selimut dari pengorbanan kita tersebut dan tanpa adanya unsur pamer/riya’ sudah pasti pengorbanan kita akan dibales sama Allah berkali-kali lipat, dan hebatnya balesan baik tersebut akan datang tanpa kita duga dan biasanya muncul pas di saat kita sedang membutuhkan. nah kurang enak apa coba, kalau kita mencintai Allah dengan Ikhlas??

Gak bisa dipungkiri kalo kita selalu berharap cinta kita dibales sama orang yang kita cintai, satu lagi kelebihan mencintai Allah adalah bahwa sebuah keniscayaan cinta kita kepada-Nya akan dibalas oleh-Nya dan gak ada tuh istilah ditolak sama Allah. Jadi kalo masih ada aja orang mengaku muslim yang ngeyel dan susah bener dalam mencintai Allah, mari kita bersama-sama berdoa agar Allah mengungkap kebenaran mengenai keislaman orang tersebut agar menjadi contoh pembeda antara yang kafir dan yang mukmin.

Namun sayang sekali para pembaca yang budiman, sepertinya ke-soktahuan-an saya pada beberapa paragaraf sebelum ini harus segera diakhiri sebelum menimbulkan korban lebih banyak lagi… (korban=orang insyaf =p) hehe… karena emang udah gak tau lagi apa yang bisa gw tulis selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Warohmatulohi Wabarokatuh

*CAUTION: terlalu banyak mengkonsumsi content blog ini dapat menyebabkan kecerdasan akut, kesolehan tiba-tiba, dan peningkatan iman yang progresif (InsyaAllah…)

–dari yang kafir, eh salah… fakir-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *